Oleh Nur Ihsan,S.E.Sy ( Komisioner KPID Jambi)
Abstrak
Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah memicu transformasi besar dalam lanskap penyiaran di Indonesia. Munculnya media digital, seperti platform streaming, media sosial, dan podcast, menjadi tantangan serius bagi lembaga penyiaran konvensional seperti televisi dan radio. Jurnal ini membahas bagaimana pertumbuhan media digital memengaruhi masa depan penyiaran di Indonesia, serta mengidentifikasi dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap eksistensi dan perkembangan lembaga penyiaran tradisional.
Pendahuluan
Penyiaran di Indonesia telah mengalami perubahan signifikan selama dua dekade terakhir. Jika dahulu televisi dan radio merupakan media utama untuk memperoleh informasi dan hiburan, kini posisi tersebut semakin tergeser oleh kehadiran media digital. Dengan penetrasi internet yang semakin luas dan tingginya penggunaan perangkat mobile, masyarakat lebih memilih konten yang fleksibel, personal, dan dapat diakses kapan saja.
Pertumbuhan Media Digital
Media digital di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Menurut laporan We Are Social (2024), lebih dari 212 juta masyarakat Indonesia telah terkoneksi dengan internet, dan mayoritas mengakses konten melalui ponsel pintar. Platform seperti YouTube, TikTok, Spotify, dan Netflix telah menjadi media utama bagi generasi muda, menggantikan fungsi televisi dan radio.
Beberapa faktor pendorong utama pertumbuhan media digital adalah:
– Kustomisasi konten: Pengguna dapat memilih konten sesuai minat dan kebutuhan.
– Interaktivitas: Media digital memungkinkan komunikasi dua arah antara kreator dan audiens.
– Fleksibilitas waktu dan tempat: Akses konten tidak lagi bergantung pada jadwal siaran.
– Ekonomi kreator: Siapa saja kini bisa menjadi “penyiar” dengan platform seperti YouTube atau podcast.
Dampak Negatif terhadap Lembaga Penyiaran Tradisional
Meskipun media digital membawa inovasi dan kemudahan, pertumbuhannya memberikan sejumlah dampak negatif terhadap lembaga penyiaran konvensional:
1. Penurunan jumlah penonton/pemirsa
Data Nielsen menunjukkan bahwa tren menonton televisi di kalangan usia 15–39 tahun menurun secara konsisten, sementara konsumsi media digital meningkat.
2. Turunnya pendapatan iklan
Pengiklan kini lebih memilih platform digital karena bisa menargetkan audiens secara lebih spesifik dan efisien.
3. Tergerusnya otoritas penyiaran publik
Lembaga penyiaran publik seperti TVRI dan RRI menghadapi tantangan dalam mempertahankan relevansinya di tengah ledakan konten digital yang lebih segar dan personal.
4. Masalah regulasi dan kontrol konten
Media digital belum sepenuhnya terikat oleh regulasi penyiaran, sehingga muncul ketimpangan dalam pengawasan dan etika penyiaran antara media konvensional dan digital.
5. Kehilangan generasi muda sebagai audiens
Generasi milenial dan Gen Z lebih menyukai konten on-demand, seperti podcast, vlog, atau konten media sosial, dibandingkan siaran televisi atau radio konvensional.
Tantangan dan Strategi Adaptasi
Lembaga penyiaran televisi dan radio perlu melakukan transformasi untuk tetap relevan. Beberapa strategi yang dapat diadopsi antara lain:
– Konvergensi media: Menggabungkan platform siaran konvensional dengan digital.
– Digitalisasi konten: Menghadirkan konten dalam format yang dapat diakses secara daring.
– Interaktivitas audiens: Memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan engagement.
– Kolaborasi dengan kreator digital: Menarik pasar baru melalui kolaborasi konten.
Kesimpulan
Penyiaran di Indonesia tengah berada dalam fase transisi menuju ekosistem digital. Meskipun media digital memberikan tantangan signifikan bagi televisi dan radio, lembaga penyiaran tradisional masih memiliki peluang untuk beradaptasi melalui inovasi dan transformasi digital. Namun jika tidak segera merespons dinamika ini, lembaga penyiaran konvensional berisiko kehilangan peran strategisnya dalam sistem komunikasi massa Indonesia.
Daftar Pustaka
– Nielsen Media Report Indonesia, 2024
– We Are Social & Hootsuite. (2024). Digital 2024: Indonesia.
– Kominfo. (2023). Transformasi Digital Nasional.
– Nugroho, Y. (2019). Media dan Ruang Publik di Era Digital. Jakarta: LP3ES.




















Discussion about this post